Mengapa Bencana Lumpur Lapindo bisa Terjadi?

 on Sunday, April 24, 2016  

Belajar dan Pelajaran - Mengapa Bencana Lumpur Lapindo bisa Terjadi? - Lumpur Lapindo: Bencana karena Kegagalan Teknologi - Hari-hari yang berat harus dilalui masyarakat di sekitar Sidoarjo, Jawa Timur. Bermula dari pengeboran minyak dan gas oleh PT Lapindo Brantas tanggal 27 Mei 2006, bencana terjadi tidak berkesudahan. Benar tidak ada korban jiwa tetapi kerusakan yang ditimbulkan sungguh dahsyat.

Permukiman terendam lumpur panas setinggi 6 meter. Sekitar 8.200 penduduk harus dievakuasi. Lebih dari 1.683 unit rumah rusak. Sekitar 200 hektare sawah hancur. Sebanyak 1.873 orang menganggur karena tenggelamnya lima belas pabrik. Sarana pendidikan dan perekonomian juga rusak.

Itulah potret bencana akibat kegagalan teknologi. PT Lapindo Brantas yang melakukan pengeboran tidak memasang casing (selubung bor). Saat bor sampai pada lapisan yang bertekanan tinggi, lumpur yang ada di perut bumi menyembur keluar tanpa bisa dikendalikan.

Kita memang tidak bisa meninggalkan teknologi. Dengan teknologi maka manusia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya secara lebih mudah. Namun, keteledoran dalam menggunakan teknologi mengakibatkan bencana bagi kita semua.

Mengapa Bencana Lumpur Lapindo bisa Terjadi?

Banjir lumpur panas Sidoarjo, juga dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo (Lula) atau Lumpur Sidoarjo (Lusi), adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.

Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pengeboran.

Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan permukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan karena adanya patahan, banyak tempat di sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti Gunung Anyar di Madura, "gunung" lumpur juga ada di Jawa Tengah (Bledug Kuwu). Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu. Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000 meter kubik per hari, yang tidak mungkin keluar dari lubang hasil "pengeboran" selebar 30 cm. Dan akibat pendapat awal dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia maupun Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia yang mengatakan lumpur di Sidoarjo ini berbahaya, menyebabkan dibuat tanggul di atas tanah milik masyarakat, yang karena volumenya besar sehingga tidak mungkin menampung seluruh luapan lumpur dan akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi semakin luas.
Mengapa Bencana Lumpur Lapindo bisa Terjadi? 4.5 5 Unknown Sunday, April 24, 2016 Belajar dan Pelajaran - Mengapa Bencana Lumpur Lapindo bisa Terjadi? - Lumpur Lapindo: Bencana karena Kegagalan Teknologi - Hari-hari yang ...


No comments:

Post a Comment